Rabu, 13 Juli 2011

Stress Berat Bisa Picu Obesitas

STRES bisa datang kapan saja tanpa dikehendaki. Berhati-hatilah jika serangan stres hinggap terlalu sering. Pasalnya, ancaman kegemukan bisa menghampiri.
  Siapa yang tidak pernah terserang stres? Tentu semua orang pernah mengalaminya. Ya, stres dalam kehidupan kita memang sering datang secara tiba-tiba. Parahnya ketika stres menyerang, ancaman kegemukan secara beriringan menghantui. Bahkan jika Anda makan dengan benar dan berolahraga secara teratur pun tetap akan menghadapi ancaman tersebut ketika stres melanda. Mungkin Anda masih bertanya-tanya bagaiman stres dapat membuat Anda gemuk? Apa alasan yang mendasarinya. Apakah tubuh merespons stres fisik atau psikologis dengan cara yang berbeda? Apakah kecemasan benar-benar mengalahkan urusan berat badan sekalipun? Healthmeup mengulasnya untuk Anda.

Apa kaitan stres dan kenaikan berat badan?

Setiap kali dilanda stres, pikiran Anda akan bereaksi seolah-olah Anda berada dalam beberapa jenis bahaya fisik sehingga memerintahkan tubuh Anda untuk melepaskan hormon-hormon tertentu. Hal ini menyebabkan lonjakan secara tiba-tiba pada adrenalin sebagai respons. Secara bersamaan, kortisol dirilis untuk mendorong tubuh Anda tetap memenuhi persediaan energi. Hal ini pada akhirnya menyebabkan kelaparan. Dan ketika stres berlanjut, tubuh Anda pun terus memompa kortisol sehingga membuat Anda terus lapar.

Menurut sebuah penelitian yang dilaporkan Science Daily, stres sosial ini terkait dengan timbunan  lemak yang berbahaya dan penyakit jantung. Penelitian ini membuktikan bahwa stres dapat menjadi pelopor untuk penyakit jantung yang mengarah ke deposit lemak khususnya di perut.

Studi lain mengatakan monyet yang menjalani American diet justru menjadi gemuk, sementara mereka yang di bawah stres kronis justru memiliki lemak perut lebih banyak (laporan WebMD). Penelitian ini berlangsung selama 2 tahun yang membuktikan bahwa orang dengan tingkat tinggi lemak lebih mungkin menderita sindrom metabolik, penyumbatan pembuluh darah, dan perut membuncit.

Apa kata ahli soal hal tersebut?

Mukta Basishta, ahli gizi senior di Rockland Hospital, New Delhi mengatakan, stres memicu hormon kortisol yang meningkatkan nafsu makan dan meningkatkan lemak perut. Stres dapat menyebabkan lemak perut pada wanita. Karenanya sangat penting untuk melakukan diet seimbang yang sehat, serta dibarengi dengah latihan yang tepat. Lemak di perut akan meningkatkan cytokines, serta ukuran dan jumlah sel lemak. Cytokines akan menyebabkan peradangan kronis.



Sunita Chowdhary Roy, ahli gizi senior di Rockland, New Delhi mengatakan, lemak perut merupakan penyebab penyakit kronis yang diakibatkan dari berbagai gaya hidup individu. Hal ini dikarenakan lemak perut menyebabkan resistensi insulin sehingga ada peningkatan gula darah dan lipid/kadar kolesterol. Ini adalah penyebab utama berbagai penyakit seperti diabetes type 2, hipertensi, penyakit jantung, dan sebagainya. Peningkatan perut atau lemak visceral dapat menyebabkan sakit kepala karena penurunan tingkat glukosa yang mengalir ke otak sehingga aliran glukosa menjadi terganggu. Ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara lemak perut meningkat menjadi peningkatan migren dan demensia.