Rabu, 24 Agustus 2011

Minum Susu Sampai Tua

JANGAN beranggapan kalau susu hanya dibutuhkan untuk masa emas balita atau pertumbuhan remaja semata. Pasalnya, masa dewasa serta usia lanjut sekalipun masih membutuhkan asupan susu.

Apakah selama ini Anda menganggap bahwa susu hanya baik dikonsumsi untuk memaksimalkan masa pertumbuhan saat masih kanak-kanak? Jika ya, segera buang jauh-jauh persepsi tersebut karena susu selalu dibutuhkan dalam tingkatan usiap berapapun. Bahkan, hingga akhir hayat menjemput kalau perlu.


Susu memiliki peran sebagai zat penting yang mendukung pertumbuhan tulang, perkembangan otak, meningkatkan kekebalan tubuh, melindungi diri dari penyakit serta mengurangi risiko pengeroposan tulang dan kerusakan sendi di usia dewasa.

Hal itu seperti ditegaskan Dr dr Saptawati Bardosono MSc dalam talkshow “Kebaikan dalam Kandungan Susu bagi Setiap Tahapan Kehidupan Manusia” bersama Fonterra Brands Indonesia di Garden Terrace Room, Hotel Four Season, Rasuna Said, Jakarta, Selasa (23/8/2011).

Dijelaskan dokter yang juga merupakan pakar nutrisi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tersebut bahwa susu tidak hanya penting bagi bayi dan balita, tapi juga bermanfaat di semua tahapan usia. Pada anak, susu berfungsi untuk menguatkan otot, tulang dan gigi (kandungan kalsium), juga untuk pertumbuhan dan pemeliharaan (kandungan protein), membantu fungsi normal otak dan sistem saraf, serta pembentukan sel darah merah (kandungan vitamin B12).

"Susu adalah medium yang baik untuk memperkaya zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Mulai dari ibu hamil, anak-anak, remaja, dewasa hingga usia lanjut sekalipun, kita tetap selalu membutuhkan zat gizi untuk membantu tumbuh kembang. Dan, salah satu yang bisa memenuhinya adalah susu," ungkapnya.

Nah, mengingat pentingnya fungsi susu tersebut, maka tak ada salahnya mengonsumsi susu hingga Anda berstatus manula sekalipun. Selain menyehatkan, susu pun memenuhi kandungan gizi yang diperlukan tubuh sehingga dapat menunjang fungsi tubuh dengan sempurna. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?