Rabu, 20 Juli 2011

Hubungan Menonton Televisi dengan Tingkat Obesitas pada Anak

MENONTON televisi tak hanya membuat penontonnya, terutama anak-anak menjadi sulit belajar, tapi juga menimbulkan kecenderungan kegemukan karena aksi makan yang tak terkontrol.

Televisi memang menimbulkan banyak pengaruh negatif jika Anda tidak mengontrolnya dengan baik, khususnya pada anak-anak.
Berdasarkan sebuah penelitian pada 2010 yang dilakukan peneliti Kanada dan AS melaporkan, bahwa balita yang menonton televisi terlalu banyak memiliki kecenderungan sulit untuk menangkap baik dalam soal akademik, tapi juga cenderung kurang keterampilan sosial serta kelebihan berat badan. Televisi dinilai berbahaya bagi perkembangan anak-anak, baik secara mental maupun fisik. Dan 2011 ini kita mendengar studi lain yang menyalahkan televisi membuat anak menjadi obesitas. Benarkah?

Ketika sebagian besar penelitian lebih condong kepada masalah sensor untuk menetapkan norma-norma sehingga acara televisi tidak mengarah kepada kekerasan atau aktivitas seksual, ternyata ada penyebab negatif lain yang muncul dari kecenderungan menonton televisi secara berlebihan, yakni menyebabkan obesitas pada anak.

Para peneliti dari Universities of Montreal, Bowling Green di Kentucky dan Michigan memelajari lebih dari 2.000 anak yang terlibat dalam studi ini. Para orangtua, anak-anak dan guru tersebut menjawab pertanyaan tentang tingkat aktivitas anak-anak, kinerja akademik, rentang perhatian dan jam menonton televisi.

Reuters seperti dilaporkan Healthmeup melaporkan, bahwa setiap pekan, jam tambahan di televisi berhubungan dengan penurunan sebesar 7 persen dalam soal konsentrasi di kelas dan 6 persen dalam keterampilan matematika. Bagi balita, menonton televisi satu jam lebih dalam sepekan berarti seorang anak tersebut cenderung mudah terganggu dengan angka kecenderungan sebesar 10 persen, 13 persen mengakibatkan aktivitas menurun, dan menambah bobot berat tubuh sebesar 5 persen, serta lebih banyak makan snack sebanyak 10 persen, seperti yang ditemukan para peneliti.

Penelitian di Amerika Serikat tahun 1999 menyatakan, bahwa ada hubungan kuat antara menonton televisi dan kelebihan berat badan. Secara berurutan, tiga penelitian lebih lanjut pada 1999 melaporkan, bahwa anak-anak yang kelebihan berat akan mengalami penurunan berat badan saat mereka menonton televisi. Tapi kenyataannya, mereka justru menonton televisi secara berlebih, dan snack yang dimakan semakin banyak dan tidak sehat, sehingga mengakibatkan obesitas. Hal ini pun berlaku pada orang dewasa.

Saat menonton televisi, apakah Anda memerhatikan bahwa balita benar-benar mengingat jutaan iklan yang mereka tonton selama berjam-jam di depan televisi. Balita bisa melihat satu juta iklan yang bisa memuaskannya. Kita tidak perlu mengajarkan mereka bagaimana menikmati minuman seperti saat menonton film di luar atau bagaimana menonton televisi sambil menikmati makanan. Televisi mungkin menjadi “babysitter” yang mahal di atas semuanya.

Sebuah studi tahun 2006 mengeksplorasi relasi orangtua untuk American Academy of Pediatri yang merekomendasikan bahwa anak-anak di atas usia dua tahun harus menonton televisi kurang dari dua jam per hari. Bahkan untuk benar-benar berkualitas, anak-anak sebaiknya menonton televisi hanya untuk satu atau tiga jam saja.

Bagaimana anak-anak bereaksi terhadap iklan di televisi dan berbagai hal yang disajikannya kita tidak pernah tahu. Sebuah studi yang dilakukan di Kosovo membuktikan bahwa anak-anak yang menonton Rruga Sesam, cenderung lebih menghormati etnos lain dan mengalahkan rekan-rekan mereka ketika mengikuti tes keterampilan. Lantas, bagaimana dengan tontonan lainnya?