Pembuatan vaksin Malaria hingga kini belum ada yang berhasil alias
selalu gagal. Padahal vaksin ini diperlukan untuk mencegah ganasnya
malaria di banyak negara yang kadang menimbulkan kematian. Tapi
perkembangan percobaan vaksin malaria terbaru menunjukkan hasil yang
menjanjikan.
Setiap tahun, di seluruh dunia terdapat sekitar 225 juta orang menderita
malaria dengan angka kematian sekitar 800.000 jiwa terutama pada
anak-anak di Afrika.
Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Dalam tubuh manusia, parasit
berkembang biak dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah.
Pengobatan yang tepat dan efektif untuk malaria adalah yang berbasis
artemisinin dengan terapi kombinasi. Namun, pencegahan malaria tetap
lebih baik jika dibandingkan dengan pengobatan penyakit tersebut maka
itu terus diusahakan pembuatan vaksinnya.
Kabar terbaru dari percobaan vaksin malaria ini telah menunjukkan hasil
yang menjanjikan dalam uji klinis di Afrika. Dalam uji coba itu, bayi
yang diberi vaksin prototipe dapat menurunkan sekitar setengah risiko
terjangkit malaria dibandingkan dengan bayi yang tidak divaksin.
Vaksin yang dikenal sebagai RTS, S adalah salah satu dari dua vaksin
malaria eksperimental yang sedang diuji di seluruh dunia. Penelitian
tersebut dilakukan selama 1 tahun dan telah melibatkan lebih dari 15.000
anak yang berusia di bawah 18 bulan. Penelitian tersebut telah
diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine.
Percobaan vaksin malaria tersebut telah dilakukan pada 7 negara di
Afrika. Pada penelitian telah dibagi menjadi 2 kelompok bayi yang
berusia 6-12 minggu dan bayi berusia 5-17 bulan.
Satu tahun kemudian, ada sekitar setengah jumlah kasus malaria pada
kelompok anak-anak yang diberikan vaksin, dibandingkan dengan anak-anak
dalam kelompok kontrol yang menerima vaksin untuk penyakit lainnya.
"Data hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa telah ditemukan vaksin
malaria pertama di dunia," kata Andrew Witty, ketua British
pharmaceutical company seperti dilansir dari BBCNewsHealth, Rabu
(19/10/2011).
Vaksin tersebut telah dikembangkan bersama lembaga non-profit PATH
Malaria Vaccine Initiative. Pada penelitian vaksin malaria tersebut
telah melibatkan tim internasional yang terdiri dari puluhan ilmuwan
dari Afrika, Amerika Serikat dan Eropa.
"Hasil awal menunjukkan bahwa RTS, S/AS01 menurunkan setengah risiko
malaria pada anak usia 5-17 bulan selama 12 bulan setelah vaksinasi.
Selain itu, vaksin tersebut berpotensi untuk memiliki dampak penting
pada pemberantasan malaria pada anak-anak di Afrika," kata para
peneliti.
Hasil pemberian vaksin pada bayi yang lebih muda masih dianalisis. Para
ahli kesehatan dunia mengatakan vaksin tersebut kurang efektif jika
dibandingkan dengan vaksin yang lain untuk infeksi umum seperti polio
dan campak, dan biaya vaksin malaria tersebut juga belum jelas.
Tsiri Agbenyega, seorang peneliti utama dalam uji vaksin di Ghana
mengatakan vaksin malaria tersebut akan memberikan kontribusi pada
pengendalian malaria daripada tidak menggunakan vaksin sama sekali.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kemajuan yang dicapai pada
perkembangan vaksin malaria termasuk luar biasa untuk dapat memerangi
penyakit
tersebut. Dengan penggunaan vakin malaria tersebut dapat terjadi
penurunan hampir 20 persen dalam jumlah kematian di seluruh dunia selama
10 tahun terakhir.
Sebuah pengujian dan pembahasan vaksin potensial lainnya baru-baru ini
menunjukkan hasil yang menjanjikan. Pengujian dan pembahasan tersebut
dirancang untuk menguji keamanan.
Namun para peneliti menemukan bahwa 45 anak yang diberikan vaksin MSP3
memiliki tingkat perlindungan tinggi terhadap penyakit tersebut. Hasil
pengujian dan pembahasan di Burkina Faso juga telah dipublikasikan dalam
The New England Journal of Medicine.
Penelitian vaksin malaria RTS, S tersebut didanai oleh GSK dan PATH
Malaria Vaccine Initiative, serta dibantu oleh sumbangan dari Bill dan
Melinda Gates Foundation.