Seperti yang terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu, warga Filipina kini juga keranjingan tokek yang dianggap sebagai obat alternatif serba guna. Saking manjurnya, banyak yang meyakini tokek bisa mengobati AIDS dan lemah syahwat.
Saat ini, harga tokek di Filipina tengah meroket karena banyak yang ingin membeli binatang ini sebagai obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Satu ekor tokek berukuran 300 gram misalnya, harganya bisa mencapai 50.000 peso atau sekitar Rp 9,9 juta.
Pemburu tokek dadakan banyak bermunculan karena selain laku di dalam negeri, tokek Filipina juga diekspor ke China, Malaysia dan Korea Selatan. Warga di negara-negara ini meyakini tokek sebagai obat mujarab untuk Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dan impotensi.
Namun demikian, pemerintah Filipina melalui departemen kesehatan memperingatkan bahwa khasiat tersebut belum pernah dibuktikan secara ilmiah. Selain belum tentu manjur, dikhawatirkan tokek justru leih banyak memberikan dampak negatif bagi pasien yang mengonsumsinya.
"Tokek bisa memperburuk kesehatan secara keseluruhan dan membuat mereka (para pasien) berada dalam risiko tinggi," tulis departemen kesehatan Filipina seperti dikutip dari Philipine Star, Jumat (15/7/2011).
Tidak dijelaskan lebih detail risiko apa yang dimaksud, namun yang jelas saat ini sudah banyak tersedia obat lain yang lebih aman untuk mengatasi impotensi. Sementara untuk AIDS memang belum ada obat untuk menyembuhkannya, namun sudah bisa dikontrol agar tidak menyebabkan kematian.
Selain membahayakan pasien, konsumsi tokek secara besar-besaran juga bisa membahayakan lingkungan. Salah seorang pejabat lingkungan hidup di Filipina, Mundita Lim mengatakan menurunnya populasi tokek bisa menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem.
"Di alam, tokek memangsa serangga. Spesies tertentu yang ukurannya lebih besar bahkan mampu memakan burung dan tikus yang merupakan hama bagi petani," ungkap Lim.