Banyak dokter menganjurkan agar pria di atas usia 50 tahun melakukan pemeriksaan colok dubur untuk mendeteksi dini kanker prostat. Bila ada anggota keluarga yang menderita kanker prostat maka skrining sebaiknya sejak usia 40 tahun. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran, bengkak, atau benjolan di kelenjar prostat.
Pada saat dilakukannya pemeriksaan colok dubur ini dokter akan memasukkan salah satu jari ke dalam rektum dan meraba bagian dinding belakang kelenjar
prostat, merasakan ada tidaknya pembesaran atau benjolan yang tidak normal.
"Dengan cara ini dokter akan mengetahui jika ada kelainan. Rasanya juga tidak sesakit yang dibayangkan," kata dr.Rainy Umbas, Sp.U, mantan Presiden Asosiasi Urologi Indonesia dalam acara seminar Kenali dan Waspadai Kanker Prostat yang diadakan oleh Sanofi Aventis di Jakarta (9/7).
Komponen lain pemeriksaan prostat adalah memanfaatkan PSA (prostate-specific antigen) lewat pemeriksaan darah. PSA adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat dan berfungsi mengencerkan cairan ejakulasi untuk memudahkan pergerakan sperma.
Dalam kondisi normal, hanya sedikit PSA yang masuk ke dalam aliran darah. Namun, bila terjadi kerusakan atau peradangan pada jaringan prostat maka kadar PSA dalam darah meningkat.
Bila hasil colok dubur dan tes PSA abnormal dan dokter menduga adanya kanker prostat, maka dianjurkan pemeriksaan dengan ultrasonografi dan biopsi jarum untuk pengambilan contoh jaringan.
Menurut dr.Umbas, pada tahap awal kanker prostat memang tidak menunjukkan gejala yang khas, namun karena usia lanjut merupakan faktor risiko kanker prostat, maka pria usia lanjut disarankan untuk melakukan skrining.
"Pria yang mengalami gejala kesulitan buang air kecil, aliran air seni lemah, sering terbangun di malam hari atau ada darah pada air seni, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter urologi," katanya. (M05-11)