INDONESIA kaya akan
kuliner. Dan itu tidak diragukan lagi. Dengan berbagai varian rasa dan
penyajian. Namun, sebagian besar kuliner khas Indonesia banyak
mengandung santan. Inilah yang harus diwaspadai.
Sejatinya lemak dibutuhkan oleh tubuh. Tanpa lemak, tubuh tidak berbentuk. Lemak berfungsi untuk menutupi rangka tubuh manusia.
“Ya, tubuh juga membutuhkan lemak. Fungsinya buat memberi lapisan pada
tulang manusia supaya berbentuk,” kata dr Prasna Pramita SpPD.
Namun jika berlebihan, lemak bisa menumpuk dalam tubuh. Banyaknya lemak
yang menumpuk dalam tubuh ini kemudian membuat sel-sel hati bekerja
lebih ekstra untuk menghasilkan cairan empedu.
Sekadar diketahui, cairan empedu dalam berwarna hijau kecokelatan.
Cairan empedu berperan dalam proses penyerapan lemak dan beberapa
vitamin A, D, E, dan K.
“Karena biasanya lemaknya banyak. Cairan empedu penting dalam pencernaan terutama penyerapan lemak,” ujarnya.
Cairan empedu disimpan di kandung atau kantong empedu yang terletak di
bawah organ hati. Bentuknya terlihat seperti buah pir. Kantong empedu
memiliki kapasitas penampungan sebanyak 50 ml cairan empedu. Panjangnya
sekitar 7-10 cm. Organ ini terhubung dengan hati dan usus dua belas jari
melalui saluran empedu.
Nah, apa yang terjadi ketika makanan yang kita konsumsi mengandung lemak
yang berlebihan? Ya, batu empedu adalah salah satu penyakit yang bisa
terjadi.
“Kalau orangnya saja sudah memiliki bakat, sudah punya kolesterol, akan
lebih banyak lagi tumpukan kolesterolnya. Dan sangat bisa mencetuskan
batu empedu. Tendensinya bisa saja sampai 30 persen,” sambungnya.
Batu empedu bisa terbentuk ketika kadar lemak tinggi dan hati tidak bisa
lagi mengeluarkannya dari dalam tubuh. Menurut dr Prasna, proses
terbentuknya batu empedu terjadi secara bertahap. Kolesterol yang tidak
bisa diekskresikan akan mengendap terlebih dahulu.
“Pertama, mengendap dulu. Terus biasanya juga terjadi penebalan dinding
empedu. Itu kalau di-USG, kelihatan terjadi penebalan,” katanya.
Hal tersebut yang kemudian memicu terjadinya perubahan kimiawi pada
empedu. Perubahan secara kimiawi pada empedu tersebut yang kemudian
dikenal dengan istilah batu empedu. Batu empedu juga bisa disebabkan
oleh timbunan zat lain seperti tumpukan pigmen bilirubin, dan
juga garam kalsium yang membentuk partikel seperti kristal padat. Batu
empedu yang terbentuk dari tumpukan kolesterol berwarna kekuningan serta
tampak mengkilat seperti minyak. Sedangkan batu empedu yang terbentuk
dari tumpukan pigmen bilirubin berwarna hitam tapi keras atau berwarna cokelat tua tapi rapuh.
Timbulnya batu empedu dapat menyebabkan berbagai masalah bila masuk
dalam saluran pencernaan, usus halus. Terkadang batu empedu juga sering
muncul pada saluran empedu sendiri. Bila batu empedu terdapat pada
kandung empedu, dapat mengakibatkan peradangan yang disebut kolestitis
akut. Kolestitis akut tersebut disebabkan oleh pecahan batu empedu di
dalam saluran empedu yang menimbulkan rasa sakit berlebihan.
Gejala yang ditimbulkan mirip dengan gejala maag. Hal ini terjadi
karena letak kandungan empedu yang berdekatan dengan lambung. Bahkan tak
jarang orang mengira sakit maag padahal sudah terdapat batu empedu pada
saluran empedunya.
“Gejalanya memang enggak ada yang khas. Gejala yang ringan suka kembang,
mual, muntah. Kalau makan lemak jadi tambah sakit, sendawa jadi lebih
sering, dan buang gas,” terangnya.
Lantaran gejalanya yang tidak khas dan sangat mirip dengan maag, biasanya pasien merujuk pada dokter dengan keluhan tersebut.
“Biasanya dokter akan kasih obat maag. Tapi kok enggak sembuh-sembuh. Biasanya baru ketahuan setelah di-USG,” imbuhnya.
Namun, sebenarnya gejala batu empedu berbeda dengan maag. Hal ini bisa
dibedakan pada penjalaran dan frejuensi nyeri. Pada penderita maag, rasa
sakit atau nyeri biasanya timbul secara perlahan hingga akhirnya rasa
sakit itu terasa begitu hebat. Sedangkan pada batu empedu, rasa sakit
tersebut bisa muncul secara tiba-tiba dengan rasa sakit yang sangat dan
rasa sakit bisa hilang dengan begitu saja.
“Bila sudah sakit sekali, gejala colic yang sering terjadi,” ujarnya.
Gejala-gejala tersebut akan terjadi berulang. Penegakan diagnose untuk
batu empedu dilakukan dengan pemeriksaan USG. Peralatan diarahkan pada
tubuh dan gelombang yang dipantulkan akan dibaca oleh system computer. Atau bisa juga dilakukan dengan pemeriksaan foto sinar X dan pemeriksaan darah di laboratorium.
Perempuan diketahui sangat rentan mengidap batu empedu. Selain itu,
kemungkinan munculnya batu empedu juga meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Disebutkan beberapa orang juga berpotensi lebih
gampang terserang batu empedu seperti orang yang sedang menjalani
program yang bertujuan untuk menghilangkan berat badan yang cepat dengan
cara-cara apa pun, diet-diet kalori atau dengan operasi, menyebabkan
batu empedu kolesterol pada 50 persen dari total orang yang menjalankan
program tersebut.
Individu yang sering berhubungan dengan pil pengontrol kelahiran dan
terapi hormon juga berisiko terserang batu empedu. Individu dengan
penyakit Crohn dari terminal ileum (usus halus) sangat memungkinkan membentuk batu empedu. Batu-batu empedu terbentuk karena pasien penyakit Crohn mengalami kekurangan asam-asam empedu yang cukup untuk melarutkan kolesterol dalam empedu.
Bagaimana mengatasinya? Pertama sekali adalah mengistirahatkan kantong
atau kandung empedu. Pengobatan atau terapi yang biasanya dilakukan
adalah pemberian kombinasi obat Chenodeoxycholic Acid (CCDA) dan Ursodeoxycholic Acid (UDCA). Keduanya memiliki fungsi yang berbeda-beda.
“Pengobatan terapi kombinasi CCDA (mengurangi sintesis kolesterol) dan
UDCA (mengurangi penyerapan kolesterol). Diharapkan terapi ini bisa
menyembuhkan batu empedu tanpa efek samping,” katanya.
Namun berdasarkan penelitian, terapi tersebut hanya bisa mencegah dan
tidak bisa menghilangkan batu empedu. Untuk dapat menghilangkan batu
empedu, tetap diperlukan tindakan medis. Ada dua pilihan yang bisa
dilakukan.
“Laparoskopi atau operasi bedah biasa,” ujarnya.
Beda dari dua tindakan tersebut terdapat pada caranya. Laparoskopi hanya
menimbulkan bekas seperti tusukan di perut. Dan prosesnya menggunakan control computer. Sedangkan operasi bedah biasa sudah jelas menimbulkan bekas robekan.
Pada intinya, tindakan medis yang dilakukan bertujuan untuk mengangkat
kantong atau kandung empedu. Akibatnya, pasien tak bisa lagi mengonsumsi
makanan yang mengandung lemak.
“Karena enggak ada lagi yang nanti memproses lemak di tubuh,” jelas dr Prasna.