Minggu, 09 Oktober 2011

Case: Nyeri Buang Air Kecil

Bu M, 25 tahun, seorang ibu rumah tangga datang ke praktek dokter dengan keluhan nyeri buang air kecil sejak 3 hari yang lalu. Nyeri bersifat hilang timbul, frekuensi (+), urgensi (+). keluhan ini sebelumnya pernah dirasakan oleh bu M 1 tahun yang lalu. Nyeri juga diikuti dengan demam mengigil.
apa yang terjadi dengan bu M?

dari anamnesa yang telah dilakukan kemungkinan terjadi suatu proses infeksi pada saluran kencing dari penderita, karena pada kasus ini dijumpai adanya demam menggigil dan nyeri saat buang air kecil, tetapi tidak menutup juga kemungkinan suatu batu walaupun pada batu umumnya dijumpai hematuria akibat gesekan batu pada mukosa saluran kencing, akan tetapi pada batu yang relatif kecil jarang dijumpai adanya hematuria.


Infeksi saluran kemih secara umum dapat dibedakan atas 1. infeksi saluran kemih bawah dan 2. infeksi saluran kemih atas. pada infeksi saluran kemih bagian bawah kemungkinan dapat terjadi sistitis yang merupakan suatu peradangan pada kandung kemih ataupun epididimitis (pada epididimis), prostatitis (pada prostat) ataupun uretritis (pada uretra), dimana epididimitis dan prostatitis hanya dijumpai pada pria karena wanita tidak mempunyai prostat dan epididimis, selain itu juga dapat ditemui suatu sindrom ureter akut, dimana gejala sistitis seperti nyeri berkemih, dan demam mengigil, tetapi hasil kultur bakteri urin negatif. Infeksi saluran kemih atas mungkin dapat kita jumpai pielonefritis yaitu suatu peradangan pada jaringan parenkin ginjal yang dapat disebabkan oleh suatu infeksi, obstruksi saluran kemih ataupun refluks vesikouretra. pielonefritis dapat dibedakan atas akut dan kronik.

Berdasarkan prevalensinya, infeksi saluran kemih lebih banyak dijumpai pada wanita akibat pendeknya saluran uretra pada wanita bila dibandingkan dengan laki-laki. selain itu ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian infeksi saluran kemih seperti lithiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes melitus pasca transplantasi ginjal, nefropati analgesik, penyakit sicle cell,  senggama, kehamilan dan pengguna KB dengan tablet progesteron serta kateterisasi.

Untuk menelaah lebih lanjut pasien ini, dilakukan pemeriksaan darah rutin dan urinalisa. Hasil pemeriksaan darah rutin dijumpai peningkatan leukosit sekitar 15000 /ul. Dari hasil urinalisa didapati leukosit 10-30/LPB, eritrosit <3 LPB, kristal (-), bilirubin urin (-), urobilin (+), reduksi (-), protein urin (-). Kultur urin tidak dilakukan.

Dari hasil pemeriksaan lab diatas, dapat kita lihat adanya peningkatan leukosit sekitar 15000/ul, dan dari urinalisa didapati peningkatan leukosit sekitar 10-30/LPB, hal ini memberi kita dasar akan adanya infeksi pada saluran kemih. Sedangkan pada batu saluran empedu umumnya akan didapati eritrosit dalam urin, sedangkan lab menunjukkan eritrsosit <3/LPB. Kultur tidak dilakukan, karena membutuhkan waktu dan teknik yang rumit, selain itu berdasarkan epidemiologinya, infeksi saluran kemih umumnya disebabkan oleh bakteri E. Coli, stapilokokus, proteus sp dam proteus, pseudomonas sp jarang dijumpai tetapi dapat dijumpai pada pasien yang memakai kateter.
Berdasarkan temuan diatas, maka pada pasien ini kemungkinan terjadi suatu infeksi saluran kemih dengan diferensial diagnosis sindroma ureter akut. Pada sindroma ureter akut, gejala klinik yang dijumpai sama persis dengan sistitis, yang membedakannya adalah kultur urin pada sindroma ureter akut adalah (-), tetapi pada kasus ini tidak dilakukan kultur urin.
Pada pasien ini dapat diberikan ampisilin 3 mg atau trimetropin 200 mg selama 2 hari. Dari penelitian diketahui 80% pasien yang diterapi dengan antibiotik ini mengalami perbaikan.