Pages

Jumat, 15 Juli 2011

Hubungan Oksigen dan Tukak Lambung

KURANG oksigen tak hanya berpengaruh pada gangguan pernapasan, tapi juga organ tubuh termasuk lambung. Bahkan, luka di lambung makin parah ketika oksigen kurang terpasok.

Banyak keadaan membuat seseorang mengalami gangguan pernapasan. Biasanya, berada di atas ketinggian seperti pegunungan, berada di ruangan tertutup tanpa sirkulasi udara yang baik, ataupun sirkulasi udara baik tapi dipenuhi asap rokok. Kekurangan oksigen akut lambat laun menyebabkan gangguan pada organ tubuh yang disebut hipoksia.


Hipoksia sendiri merupakan suatu keadaan kekurangan oksigen yang bisa menyebabkan permasalahan kesehatan karena akan berpengaruh pada organ-organ tubuh, seperti sistem jantung, pembuluh darah, lambung, serta sistem pernapasan. Khusus untuk lambung, kerusakan yang terjadi bisa berupa lesi kecil, tukak (ulkus), hingga kebocoran lambung. Demikian seperti dikutip dari sebuah penelitian oleh Dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP dari bidang Ilmu Biomedik Universitas Indonesia.

“Proses terjadinya suatu penyakit harus diteliti. Saya ingin melihat penyebab lambung itu ada faktor keseimbangan, ada faktor yang bersifat merusak, seperti asam lambung, rokok, alkohol, dan obat-obat rematik. Tapi di sisi lain ternyata lambung itu memiliki sistem pertahanan tubuh,” katanya kepada wartawan usai sidang disertasi di Ruang Senat Pratista Sutomo Tjokronegoro, Departemen Patologi Anatomi FKUI, Jakarta, Jumat (15/7/2011).

“Faktor-faktor itu tergantung dari ketebalan dinding lambung, aliran darah, dan bagaimana pergerakan lambung. Jadi apabila keseimbangan terganggu, misalnya asam lambung terlalu banyak, obat rematik terlalu banyak, rokok dan alkohol terlalu banyak, maka akan mengakibatkan kerusakan,” tukasnya.

Atas landasan pemikiran tersebut, Dr Ari pun melakukan penelitian selama kurang lebih 3 tahun. “Tikus percobaan saya kondisikan kekurangan oksigen. Dari hasil penelitian ini, kita berhasil melihat suatu contoh bahwa ketika binatang mengalami kekurangan oksigen dalam tubuh, terutama di lambung, maka akan menyebabkan kerusakan,” sambungnya.

Penelitian ini mengungkap bahwa lambung akan mengalami proses kerusakan yang bertahap berupa pembentukan tukak, yaitu luka pada lambung yang makin lama makin dalam. Namun seiring perjalanan waktu, tukak tersebut mengalami penyembuhan berupa epitelisasi.

Ketika lambung rusak, sebenarnya tubuh melakukan adaptasi. Proses adaptasi terjadi dikarenakan faktor molekuler yang meningkat pada awalnya dan menurun seiring dengan perjalanan waktu. Keadaan hipoksia ternyata membuat tubuh beradaptasi dengan menginduksi berbagai faktor molekuler penting. Selain itu, hipoksia juga memicu tubuh melakukan proses proteksi.

Penelitian tentu menjadi perhatian bagi para klinisi untuk mencegah terjadinya hipoksia pada berbagai keadaan penyakit sehingga pasien dapat terhindar dari luka pada permukaan dalam lambung. Melihat hubungan antara kejadian pada organ dan pola molekuler di atas, maka diharapkan para klinisi dapat melakukan upaya pencegahan dan pengobatan yang tepat dalam mengatasi permasalahan pada lambung jika terjadi hipoksia sistemik kronis.