Pages

Selasa, 12 Juli 2011

Dermatitis Popok

Dermatitis popok (DP) = Dermatitis diaper adalah dermatitis yang pada awalnya berlokasi didaerah yang ditutupi popok (daerah popok). Umumnya DP dijumpai pada bayi dan anak tetapi dapat juga pada orang dewasa yang memakai popok berlama-lama.
Pada dekade terakhir ini DP menurun sejalan dengan pemakaian popok super absorben.


Etiopatogenesis
Penyebab DP multifaktorial. Faktor inisial adalah kelembaban kulit yang berlangsung lama. Kelembaban ini berasal dari keringat ataupun urine yang tidak dapat menyerap akibat terhambat popok. Kelembaban ini mengakibatkan mudah terjadi friksi antar kulit atau antara kulit dengan popok sehingga terjadi kerusakan sawar kulit.
Faktor lain adalah kontak daerah popok dengan urin, feses, enzim proteolitik dan lipolitik dari saluran cerna, peninggian pH kulit dan paparan mikroorganisme atau bahan iritan/alergen.
Urin akan meningkatkan pH kulit melalui pemecahan urea menjadi amonia. Peninggian pH kulit ini akan meningkatkan aktifitas enzim protease dan lipase sehingga terjadi kerusakan sawar kulit.
Rusaknya sawar kulit akan meningkatkan permeabilitas kulit sehingga memudahkan mikroorganisme dan bahan-bahan iritan/alergen masuk melalui kulit dan menimbulkan gangguan dikulit.

Manifestasi Klinis
Dermatitis popok mempunyai bentuk klinis yang beragam tergantung penyebabnya.
1. Dermatitis popok kontak iritan
Merupakan bentuk DP yang paling banyak. DP ini bisa terjadi pada segala usia. Gambaran klinis berlokasi pada daerah popok yang cembung dan berkontak erat dengan popok. Lesinya berupa ruam yang basah, eritematous, kadang-kadang dijumpai skuama dan erosi.
2. Dermatitis popok kandida
Merupakan bentuk DP kedua tersering. Lesi berupa plak eritema, berskuama, berbatas tegas disertai lesi satelit. Kadang-kadang DP kandida ini bersamaan dengan oral trush.

3. Miliaria rubra (MR)
Biasanya dijumpai pada bokong yang tertutup popok plastik yang menyebabkan muara kelenjar ekrin yang tertutup. MR juga bisa dijumpai pada daerah lipatan, leher dan dada bagian atas.
4. Pseudoveritocous papules dan nodules
Dijumpai pada daerah popok dan perianal dan kelainan ini disebabkan kelembaban yang berlama-lama.
5. Infantile granular parakeratosis
Merupakan bentuk retensi keratosis dan bersifat idiopatik, ada dua bentuk klinis :
- Plak linier bilateral
- Plak eritematous geometrik
- Pada lipatan inguinal
6. Jacquet erosive dermatitis
Kelainan ini mempunyai gambaran lekas berupa ulkus punched-out dengan batas tegas atau erosi dengan pinggir meninggi. Penyebabnya adalah kontak lama dengan urin dan feses pada permukaan kulit yang tertutup.
Sekarang dengan ada popok yang superabsorben kelainan ini jarang dijumpai.
7. Granuloma gluteale infantum
Bentuk DP ini jarang dijumpai. Lesinya berupa nodul merah ungu dengan ukuran 0,5 – 3 cm, dijumpai pada daerah popok. Pada pemeriksaan histopatologi, tampak lapisan dermis di infiltrasi limfosit, sel plasma, netrofil, eosinofil dan tidak ada granuloma. Faktor penyebabnya antara lain faktor iritasi, infeksi kandida dan pemakaian steroid topikal.
Penatalaksanaannya adalah dengan menghindarkan pajanan bahan iritan, penggunaan barier pasta, menghindarkan pemakaian steroid. Perbaikan biasanya terjadi dalam beberapa bulan.
8. Dermatoses yang penyebabnya tidak berkaitan dengan penggunaan popok
Penyebabnya, primer bukan karena pemakaian popok. Kelainan ini bisa berupa dermatitis seboroika, dermatitis atopik, psoriasis, impetigo, akrodermatitis enteropatika, skabies, hand-foot & mouth disease, herpes simpleks dan histiosis sel Langerhans.

Penatalaksanaan
I. Non medikamentosa
A. Air
Daerah popok dibiarkan terbuka selama mungkin agar tidak lembab, misalnya ketika bayi tidur.
B. Barrier ointments
Barrier ointments dioleskan setiap kali popok diganti.
Contoh barrier ointments : seng oksida, petrolatum, preparat barier non mediated.
C. Cleansing dan pengobatan anti kandida
Daerah popok dibersihkan dengan air ataupun minyak mineral dan dilakukan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan kulit akibat friksi.
Bila dijumpai oral trush dapat diberi anti kandida topikal atau nistatin oral
D. Diaper
Frekuensi penggantian popok perlu diperhatikan. Popok diganti sesegera mungkin bila telah kotor.
E. Education
Pendekatan edukasi diberikan kepada orang tua atau pengaruh bayi. Pembelajaran dan membiasakan toilet training pada bayi akan mengurangi kebiasaan memakai popok.

II. Medikamentosa
1. Kortikosteroid topikal
Kortikosteroid topikal yang dianjurkan adalah yang berpotensi ringan (mis : krim Hidrokortison 1% - 2½ %) dan umumnya diberi untuk jangka waktu 3 – 7 hari. Penggunaan steroid poten merupakan indikasi kontra karena dapat menimbulkan efek samping yang cukup banyak.
2. Antifungal topikal
Nistatin atau imidazol terbukti aman dan efektif untuk pengobatan DP kandida klotrimazol dan mikonazol nitral juga dapat digunakan.
3. Anti bakterial
Bila terjadi infeksi ataupun infeksi sekunder pada DP dapat diberikan beberapa anti mikroba, termasuk benzalkonium chlorida dan triklosan.

Penggunaan bedak talkum tidak dianjurkan karena beberapa produknya dapat menyebabkan iritasi. Penggunaan bedak bayi dapat menimbulkan talcum powder granuloma karena potensi toksiknya, corn starch powder dapat menginhibisi pertumbuhan candida albicans tetapi bila memasuki saluran nafas bayi dapat menimbulkan pneumonia aspirasi.