Pages

Jumat, 22 Juli 2011

Anak Telat Imunisasi, Jangan Marahi Orang Tua

Medan, Beberapa orangtua kadang suka lupa atau telat mengimunisasikan anaknya. Meski begitu sebaiknya tenaga kesehatan jangan memarahi orang yang telat imunisasi.

"Tenaga kesehatan jangan memarahi orang yang telat imunisasi, walaupun telat itu lebih baik daripada tidak sama sekali," ujar dr Soedjatmiko, SpA(K), MSi selaku satgas IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dalam acara temu media di gedung Kemenkes, Jumat (22/7/2011).


dr Soedjatmiko menuturkan orang yang telat imunisasi jangan dimarahi, nanti dia malah tidak mau diimunisasi lagi tapi harusnya diberi reward. Hal ini karena meskipun telat vaksin yang diberikan tetap busa memberikan perlindungan bagi tubuh bayi dan anak.

Jika anak tidak diimunisasi maka ia tidak memiliki kekebalan yang spesifik terhadap penyakit tersebut. Bila kuman yang masuk dalam jumlah banyak dan ganas maka tubuh tidak akan mampu melawan meski tubuh sendiri sudah memiliki sistem kekebalan alami, sehingga akan menyebabkan sakut berat, cacat atau meninggal.

"Sedangkan orangtua yang secara sengaja tidak mau mengimunisasi berarti ia mengabaikan hak anak dan membahayakan keselamatan anaknya dan anak lain karena mudah menularkan penyakit berbahaya," ujar dokter dari divisi tumbuh kembang pediatri sosial departemen ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM.

dr Soedjatmiko menuturkan saat ini semua negara telah setuju menyatakan bahwa imunisasi bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan, cacat dan kematian. Karenanya imunisasi harus dipertahankan terus agar penyakit yang sudah tidak ada tidak muncul lagi.

Perlindungan imunisasi memang tidak 100 persen, artinya setelah diimunisasi bayi dan anak masih bisa terkena penyakit tersebut tapi kemungkinannya hanya kecil (5-15 persen) dan jauh lebih ringan serta tidak berbahaya. Jadi bukan berarti imunisasi itu gagal atau tidak berguna.

Selain itu kasus kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) seperti bengkak, demam adalah hal yang normal, sedangkan kasus KIPI yang berat seperti syok dan kejang sangat jarang terjadi. Kemungkinan terjadinya KIPI berat sekutar 1 kejadian dalam 2 juta dosis.

"Masyarakat harusnya lebih takut pada kecelakaan lalu lintas ketimbang karena imunisasi, karena korban kecelakaan lalu lintas lebih banyak dibanding KIPI berat," ujar dr Soedjatmiko.

Untuk itu dr Soedjatmiko menyarankan agar para orangtua memberikan imunisasi dasar bagi bayi dan balitanya agar terhindar dari sakit berat, kematian atau cacat dan mencegah penularan penyakit yang lebih luas pada anak-anak lainnya.